Namanya Pak Anwar,
seorang Bapak usia 42 tahun. Setiap paginya, sebelum matahari benar-benar
tinggi menyinari makhluk ciptaan-Nya, Ia sudah siap dengan seragamnya, helm
merah dan senyum yang menandakan ia sudah siap menjalankan rutinitas hariannya.
Ia bukan seorang pegawai negeri, bukan pula orang yang terkenal. Ia hanya
seorang petugas pengantar paket atau kurir ekspedisi JNE Express yang merupakan
perusahan ekspedisi nomer wahid di Indonesia dengan 8.000 titik penjulan, Pak Anwar
siap mengantarkan kebahagian dengan ketepatan mengantar paket, dari ujung gang
sempit sampai dengan ke gedung bertingkat.
Pekerjaan
sebagai petugas pengantar paket bukanlah impian masa kecil Pak Anwar. Tapi
sejak ia bergabung dengan JNE Tiga tahun lalu, hidupnya kini berubah. Dulu ia
hanyalah pekerja serabutan, yang harus pindah-pindah lokasi kerja. Saat ini di
balik jaket merah biru JNE dan tas kronjonya kini, tersimpan semangat yang kuat
dan tidak takut oleh rintangan atau kegagalan, semua dilakukan oleh Pak Anwar semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan istri dan kedua anaknya.
Menurut kebanyakan
orang pekerjaannya bernilai pekerjaan yang sederhana, namun baginya mengantar
paket bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dilakukan. Setiap harinya Pak Anwar bisa
menempuh ratusan kilometer jalanan Kabupaten Bekasi, Tidak jarang saat
pengantaran ia harus menerjang rintangan jalan raya dari mulai kepanasan di
jalan, kehujanan, ban bocor hingga banjir semua sudah dirasakan oleh Pak Anwar.
Baginya “Kalau badan sudah capek, wajib rehat sejenak sambi makan bekel yang
sudah disiapkan oleh Istrinya, karena baginya badan ini boleh capek tapi semangat
jangan ikut capek.” Karena setiap paket yang diantar tentunya punya cerita, harapan,
dan makna tersendiri.
Tidak jarang ia harus mengantar paket yang memiliki urgensi tersendiri seperti paket kado ulang tahun yang ditunggu anak kecil, tidak jarang juga harus memprioritaskan pengantaran paket berupa obat penting untuk orang tua yang sedang sakit, Ia juga bersemangat untuk mengirim paket berupa surat lamaran kerja yang penuh harap. “menurutnya Ini bukan cuma sebuah paket. Ini sebuah harapan yang sangat dinanti,” ujarnya.
Suatu ketika,
menjelang tahun 2025 Pak Anwar harus mengantar paket ke sebuah daerah terpencil
di Kabupaten Bekasi. Terlihat jelas olehnya kalau jalan tersebut rusak parah, sehingga
tidak jarang kurir menghindari jalan tersebut karena sangat susah dilalui oleh motor.
Tapi Pak Anwar tahu, kalau paket itu
berisi pakaian pernikahan mempelai wanita lengkap dengan satuset aksesoris
perhiasan. Ia pun bergegas memarkir motor tersebut, lalu ia berjalan kaki dibawah teriknya matahari kabupaten Bekasi, Ia
harus berjalan dijalan yang rusak sejauh 3 kilometer dan menyusuri lembabnya sawah, Sesampainya di sana, sang penerima
langsung menangis haru. “Saya kira paket pakaian dan aksesoris pernikahan saya tidak
akan sampai hari ini... alhamdulilah paket bisa saya terima hari ini dengan
aman. Terima kasih, Mas,” ucapnya lirih.
Momen-momen
seperti itulah yang membuat Pak Anwar merasa pekerjaannya punya makna lebih dan
ucapan terimakasih dari pelanggan sudah membuat ia dihargai sebagai kurir. Karena
Ia sadar, tidak semua orang bisa menerima pekerjaan sepertinya. Tapi semua
orang bisa menjadi inspirasi, asalkan bekerja dengan hati dan ikhlas. Teman-temannya
menjuluki Pak Anwar “si kurir sat set.” Karena Pak Anwar memiliki tanggung jawab yang kuat ,
tidak suka menunda pengantaran paketnya. Baginya, kepercayaan pelanggan adalah
tanggung jawab besar yang harus terpenuhi sehingga pelanggan akan ingat jasanya.
“Kalau paket terlambat, artinya saya menghambat kebahagiaan pelanggan JNE.
Sehingga saya harus melesat SAT SET seperti tema ulang tahun JNE yang ke 34th.
Pak Anwar meski Lelah setelah seharian mengantar paket tapi ia dikenal kurir yang murah senyum dan ramah kesemua pelanggan JNE. Dia percaya, kalua senyumnya adalah bagian dari sebuah pelayanan. Bahkan saat pernah kecelakaan kecil dijalan ia harus tetap mengantar paket meskipun dengan tangan yang diperban, ia tetap berkata selama masih bisa jalan dan yang paling terpenting paket sampai ditangan pelanggan dengan tepat waktu. “Baginya Luka bisa sembuh, lalu Kepercayaan ? Kalau sudah hilang kepercayaan, maka pelanggan susah balik.”
Di lingkungan
rumahnya, Pak Anwar menjabat sebagai ketua RT (Rukun Tetangga). Istrinya
mendukung penuh pekerjaannya sebagai RT dan Ksatria JNE, meski terkadang sang
Istri suka khawatir saat turun hujan deras dimalam hari dan sang suami Pak Anwar
belum pulang. Mereka hidup sangat sederhana dan Bahagia dirumah bersubsidi yang
sudah diangsurnya selama 7 tahun. Anak-anaknya bangga setiap kali melihat
ayahnya pulang membawa Kronjo atau tas besar khas kurir, seragam yang penuh
debu jalanan tapi juga penuh cinta akan keluarganya.
“Bapaknya
memang bukan pahlawan avengers, tapi bagi anaknya Pak Anwar adalah sosok
ayah yang hebat karena nggak pernah menyerah dan tidak pernah mengeluh capek,”
kata anak sulungnya, pernah suatu malam. Saat bercanda dengan ayahnya nampak Pak
Anwar tertawa kecil. Tapi di balik tawanya, ada rasa haru yang tak bisa ia
ungkapkan ke anak sulungnya. Bekerja di JNE bukan hanya soal gaji bulanan. Tapi
tentang arti hadir bagi orang lain, walau hanya sebagai pengantar paket.
Pak Anwar membuktikan bahwa inspirasi tidak
membutuhkan panggung besar. Tak perlu gelar tinggi atau viral di media sosial.
Cukup satu hal saja kerjalah dengan hati yang ikhlas dan tidak menyerah dalam
situasi apa pun.
*Karena inspirasi itu tanpa batas siapapun bisa terinspirasi dan menginsipirasi, Inspirasi itu bisa datang dari siapa saja, bahkan dari seseorang yang setiap hari melintasi jalanan terpencil diKabupaten Bekasi, membawa harapan dalam tas kronjo yang bertuliskan: JNE Express.*
By: Siti
Nurul Aisyah